Sering Berdebat? Coba Baca Ini

Sering Berdebat? Coba Baca Ini

Seringkali ketika kita menonton televisi, melihat media sosial, atau bahkan kita sendiri yang mengalami adanya perdebatan. Hal ini memang sangat dekat dengan kehidupan kita.

Ngobrol sesuatu hal yang kurang sesuai dengan teman, eh ujung-ujungnya malah debat.

Tau nggak, sebenarnya hal itu membuang-buang waktu loh. Diskusi boleh, tapi kalau sampai berdebat tanpa arah, menaikkan ego masing-masing, justru berimbas dengan kesia-siaan.

Kira-kira kenapa ya sia-sia? Ya karena nggak ada ujungnya, nggak ketemu jalan keluarnya. Karena yang berdebat biasanya sibuk membenarkan argumennya dengan sudut pandangnya.

Apakah sudut pandang yang lainnya salah? Belum tentu.

Coba kita telisik lagi.
Emang pasti selesai memperdebatkan sudut pandang yang nggak sama? Anda pasti setuju dengan pertanyaan itu, dan membenarkan kalau kita semua punya perspektif yang berbeda.

Misalnya hal yang didebatkan adalah penggunaan media sosial. Di satu sisi pasti ada yang mengatakan itu positif, tapi di sisi lain ada yang menjelaskan dari kacamata negatif. Apa keduanya salah? Tentu tidak.

Alhasil, kalau keduanya memperdebatkan hal itu, bisa jadi sulit disatukan, karena membahas dari dua perspektif yang berbeda.

Lalu, gimana kalau kita ada di dalam sebuah perdebatan?

Lebih baik, saling diskusi tentang dua perspektif tersebut, temukan hal menarik dari perspektif lain, dan saling belajar tentang hal-hal yang belum kita ketahui.

Percaya deh, bisa jadi banyak hal yang belum kita tahu. Daripada saling menyalahkan, mendingan saling memberi pelajaran.

Berdebat itu memang seru, tapi yuk maksimalkan arah perdebatanmu dengan menggali sesuatu, bukan menyalahkan sisi yang satu.

Kalau masih bingung dan tertarik untuk diskusi tentang hal tersebut, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan s.id/sobathebat

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua.

Your Growth Buddy
Captain Bryan & Team Hebat

Tak Selamanya Diam Itu Emas

Tak Selamanya Diam Itu Emas

Kita pasti tidak asing lagi dengan istilah “Diam itu emas.” Katanya, cara terbaik untuk meredakan sesuatu adalah dengan tetap diam. Nggak ada yang salah dengan pernyataan itu. Tapi, apa kita menggunakan jurus diam untuk segala situasi?

Coba diingat lagi, sudah seberapa sering kita memilih diam untuk meredakan situasi?

Sudah seberapa sering kita memilih diam hanya karena ingin mengalah?

Sudah seberapa sering kita gagal menyuarakan pendapat hanya karena memilih diam?

Dan sudah seberapa sering masalah justru muncul karena kita diam?

Jadi, langkah apa ya kira-kira yang tepat untuk dilakukan?

Menjadi diam bukanlah menjadi satu kesalahan. Tapi, kita harus tahu kapan waktunya diam dan waktunya bicara.

Nggak sedikit dari kita yang ketika diam justru malah memperkeruh suasana karena menimbulkan salah paham.

Dan ada juga dari kita yang berbicara tidak sesuai membuat masalah tidak selesai.

Sederhananya, kita harus tahu kepada siapa kita berkomunikasi. Bisa itu sesama teman atau justru atasan kita di kantor. Dengan tahu kepada siapa kita berkomunikasi membuat kita lebih bisa menyesuaikan sikap.

Coba cari tahu secara mendalam. Ini pentingnya jangan tahu masalah hanya dari luarnya, yang membuat kita salah paham dan justru memilih diam. Bukankah lebih memperkeruh suasana?

Dan kalau ada satu hal yang menurut kita kurang sesuai, wajib disampaikan. Tentunya dengan bahasa yang baik dan nggak menimbulkan masalah baru.

Bagi teman teman yang tertarik diskusi tentang hal tersebut dan nantinya bisa mendapatkan artikel-artikel yang sejenis, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan s.id/sobathebat 

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua.

Your Growth Buddy
Captain Bryan & Team Hebat

Hati-Hati dengan Keinginan

Hati-Hati dengan Keinginan

Kita semua pasti pernah jalan-jalan dan melihat barang-barang lucu, modis, keren, pastinya nyegerin mata kalau melihatnya. Dan membuat kita berpikir untuk membelinya. Kita suka, tapi banyak sekali pertimbangan. Karena nggak mau menyesal sampai sulit tidur nantinya, akhirnya kita memutuskan membeli.

Padahal, bisa jadi setelah itu penyesalan kita justru semakin meningkat. Benar nggak?

Atau hal lain, nggak sekali atau dua kali banyak pesanan datang ke rumah tetangga kita. Kita lihat barangnya bagus, dan seolah-olah membutuhkannya juga.

Padahal ya belum tentu. Benar lagi nggak?

Itu dua contoh yang menggambarkan kebanyakan keadaan kita sekarang. Kita belum bisa membedakan keinginan atau kebutuhan.

Jangan sampai karena sibuk memenuhi keinginan, justru kebutuhan kita terbengkalai.

Misal, kamu punya tabungan yang sebenarnya untuk lanjut kuliah atau modal usaha kamu. Tapi tiba-tiba ada info acara konser yang diisi oleh idola kamu.

Alhasil tabungannya habis untuk beli tiket konser. Apakah kebutuhannya terpenuhi? Jadi terbengkalai. Padahal kamu butuh kuliah dan bekerja saat itu, bukan konser.

Pulang konser kamu malah lebih menyesal berkali-kali lipat.

Untuk menghindari hal itu, perlu banget untuk kita mengatur prioritas dengan tahu apa beda kebutuhan dan keinginan kita.

Selain itu dalam mengetahui kebutuhan juga harus memahami kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari diri kita.

Sederhananya, jangan sampai kita membiarkan diri terjebak untuk selalu memenuhi keinginan kita.

Kalau masih bingung dan tertarik untuk diskusi tentang hal tersebut, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan s.id/sobathebat

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua.

Your Growth Buddy
Captain Bryan & Team Hebat

Berdamai dengan Kekurangan Itu Penting

Berdamai dengan Kekurangan Itu Penting

Kalau kata orang di balik kelebihan pasti ada kekurangan, itu benar. Tapi tidak semua orang bisa berdamai dengan kekurangannya dan memaksimalkan kelebihannya. Cukup sederhana sebenarnya, tapi begitu sulit dilakukan.

Sebagai manusia wajar banget ada kurangnya. Tapi pertanyaannya, kita udah bisa belum menerima itu?

Menjadikan kekurangan kita justru menjadi sumber kekuatan untuk lebih berprogres. Karena itu, berdamai dengan kekurangan itu penting.

Jadi, sepenting apa sebenarnya untuk berdamai dengan kekurangan? Tentu yang utama adalah menjadikan kita lebih percaya diri. Kita percaya di beberapa hal kita belum bisa melakukannya, tapi dalam hal lain kita punya passion yang kuat di sana. Kita semangat melakukan karena kita sangat percaya ada kelebihan di sana.

Sebaliknya, kita mundur di satu hal karena juga percaya kekurangan kita terletak di sana. Ini awal mula kita bisa menerima, dan nantinya berdamai.

Fokus dengan tujuan. Ya benar, kita lebih berprogres dengan fokus pada sesuatu yang kita ingin capai, tidak pusing memikirkan hal lain yang tidak kita mampu. Ternyata, dengan berdamai justru diri kita bisa jauh lebih unggul.

Belajar berdamai dengan kekurangan juga membuat kita tidak punya waktu untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

Mungkin hari ini orang lain berprogres jauh di depan kita, kita jabarkan semua kelebihan dia dari mulai orang yang berkecukupan, punya privilege, cantik dan sebagainya. Kemudian kita bandingkan dengan apa yang kita capai sampai hari ini. Sulit, pasti semakin menekan diri.

Tapi, ketika kita udah belajar berdamai, tidak akan punya waktu untuk hal-hal semacam itu. Kita hanya fokus dengan apa yang dikerjakan dan progresnya. Di luar itu, bukan ranah kita untuk menerka-nerka.

Karena kekurangan adalah sumber kekuatan, bukan ketakutan.

Jadi, mau berdamai menerimanya?

Bagi teman teman yang tertarik diskusi tentang hal tersebut dan nantinya bisa mendapatkan artikel-artikel yang sejenis, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan s.id/sobathebat

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua.

Your Growth Buddy
Captain Bryan & Team Hebat

Hal Ini yang Membuat Kamu Harus Berhenti Menjadi Orang “Nggak Enakan”

Hal Ini yang Membuat Kamu Harus Berhenti Menjadi Orang “Nggak Enakan”

Menjadi orang “nggak enakan” sebenarnya adalah sebuah tantangan. Mau ngikutin kata hati sendiri, tapi malah nggak enakan nolak permintaan tolong dari orang lain. Apalagi orang ini punya kedekatan khusus dengan kita. Kita sulit banget bilang “tidak”. Padahal kita masih punya kewajiban untuk menyelesaikan tanggung jawab diri kita sendiri.

Sebenarnya kalau kita lihat lagi, perasaan “nggak enakan” adalah suatu kelebihan. Gak semua orang bisa melakukan ini. Tapi kalau melakukannya dengan berlebihan dan akhirnya mengecilkan perasaan sendiri, tentu sangat salah.

Jadi, kenapa harus berhenti menjadi orang “nggak enakan?” Karena kamu akan sulit punya pendirian. Selalu menomorsatukan orang lain membuat kamu mudah goyah, sulit berpendapat dan ujung-ujungnya jadi selalu mengikuti orang lain.

Hal yang cukup penting juga adalah mengetahui kalau tidak semua orang itu baik. Justru dengan kamu selalu bersikap “nggak enakan”, mereka akan lebih mudah memanfaatkan kamu karena tau kamu akan selalu mengikuti. Tentu hal ini sangat kurang baik untuk kamu juga lingkunganmu.

Kamu mudah lelah dan sulit bahagia. Ini pasti. Perlahan ketika kamu selalu mengikuti orang lain, kamu akan lelah dengan sendirinya. Bahkan di tengah-tengah kelelahan kamu, kamu juga sulit menyampaikannya, dan efeknya kamu jadi memendam sendiri. Sesuatu yang dipendam itu nggak baik.

Dengan hal-hal yang disebutkan di atas, sudah seharusnya kamu berhenti menjadi orang “nggak enakan.” Pelan-pelan kamu harus memberanikan diri untuk berkata “tidak” untuk suatu hal yang belum bisa kamu bantu. Dengan belajar memberanikan diri, perlahan kamu akan lebih leluasa berpendapat, memaksimalkan potensi sesuai kemampuanmu dengan tidak bergantung pada pendapat orang lain.

Menjadi orang baik itu sangat penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang yang paham menempatkan kebaikannya.

Bagi teman teman yang tertarik diskusi tentang hal tersebut dan nantinya bisa mendapatkan artikel-artikel yang sejenis, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan s.id/sobathebat

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua.

Your Growth Buddy
Captain Bryan & Team Hebat

Fenomena Startup Bertumbangan

Fenomena Startup Bertumbangan

Saat ini mungkin menjadi masa sulit dan  masa kelam bagi pelaku bisnis startup yang sedang berjuang untuk bisa tetap survive di kondisi sekarang ini. Beberapa berita menyebutkan bahwa digital startup sekarang memasuki masa sulit dan bahkan Hary Tanoesoedibjo mengatakan bahwa hari hari keemasan startup sudah berakhir. 

Berdasarkan riset dari one on one startup post-mortem, penyebab startup gagal yang pertama not market need. Banyak sekali pelaku startup yang sedang mengawali bisnisnya terlalu berfokus kepada impact, memenuhi kebutuhan dan menjawab permasalahan yang ada, tetapi kurang bisa menilai dan mengukur kmampuan lebih dalam.

Karena itu, muncullah masalah kedua yaitu ran out of cash, kurangnya pengaturan dana agar cash tidak bergantung pada investor. Hal ini juga menjadi tantangan besar bagi para pelaku startup untuk kreatif mencari sumber income yang bisa dilakukan agar bisnis tetap bertahan.

Selain itu, diperlukan tim yang memiliki satu value. Banyak sekali pelaku startup merupakan anak muda yang sangat tinggi idealismenya membuat akhirnya para co-founder tidak kompak dan mengakhiri kerja sama di startup tersebut. 

Masalah lain, banyak yang gagal bersaing karena kurangnya kemampuan menganalisis dari segi Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) dan cara menyikapi ancaman di depan mata dari kompetitor yang ada. Dan yang terakhir yaitu kemampuan membayar bisnis to bisnis atau bisnis to customer kurang berjalan dengan baik.

Semoga tsunami startup dalam mem-PHK karyawan segera berakhir dan para pelaku startup bisa segera bangkit untuk menemukan big perform.

Bagi anak muda yang akan masuk dunia startup, silakan pelajari fenomena ini agar startup yang anda bangun bisa berjalan dengan baik dan sustainable

Bagi teman teman yang tertarik di dunia bisnis namun bingung ingin memulai, bisa ikut di channel Sobat Hebat di tautan berikut https://t.me/sobathebat dan juga belajar dengan Hebat Bisnis Framework sebuah framework yang dibuat oleh saya berdasarkan pengalaman dan literatur yang ada untuk membantu anda memiliki bisnis yang sustainable

Terima kasih, salam hebat untuk kita semua. 

 

Your Growth Buddy

Captain Bryan & Team Hebat

Heboh! Banyak Anak Muda CPNS Mundur, ini Analisisnya

Heboh! Banyak Anak Muda CPNS Mundur, ini Analisisnya

Heboh! Akhir-akhir ini lini masa sosial media dan berita dipenuhi berita tentang mundurnya ratusan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) karena beragam persoalan.

Wah, padahal penerimaan ini diinginkan oleh hampir semua orang. Kira-kira kenapa ya mengundurkan diri?

Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Badan Kepegawaian Negara (BKN), Satya Pratama mengatakan alasan pengunduran diri ini karena nilai gaji dan tunjangan tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.Selain itu, karena lokasi pekerjaan yang tidak memungkinkan, tidak didukung keluarga, sampai tidak adanya motivasi untuk melanjutkan.

Hmmm rasanya sangat mengkhawatirkan, apalagi mengingat para pendaftar banyak dari anak-anak muda yang justru seharusnya dapat mempertimbangkan dengan matang persiapan masa depan mereka. 

Bagi para praktisi yang sering bertemu dan berkomunikasi dengan anak muda, ini bukanlah menjadi sesuatu yang baru. Banyak sekali kejadian berkaitan dengan anak muda yang membuat kita harus memutar kepala. 

Dari riset kecil yang sudah kami lakukan sejak tiga tahun yang lalu, ternyata 8 dari 10 anak muda tidak memiliki mimpi dan cita-cita.

Mereka bingung mau jadi apa, dan akhirnya terpaksa mengikuti kemauan orang tua dengan ketidakseriusan dalam menyelami pekerjaan. Bukan hanya itu saja, banyak juga anak muda yang menjalankan budaya “ikut-ikutan teman” dengan mengharapkan perjalanannya dan temannya akan selalu sejalan. 

Jika seperti ini terus, bangsa kita mulai terancam. Kenapa seperti itu?

Karena pada tahun 2045 Indonesia akan mendapat bonus demografi dan anak muda inilah yang menjadi pemimpin bangsa. Kalau hal ini dibiarkan terus-menerus, maka sumber daya manusia akan terus melemah, dan kita juga tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Semoga Indonesia beserta seluruh anak muda semakin terarah dan fokus untuk mengembangkan diri juga negara. Berkaitan dengan hal di atas, dari hasil penelitian kecil kami lahirlah Hebat Business Framework, yang akhirnya membahas poin penting tentang potensial mapping pada framework business yang kami miliki untuk menjalankan inkubator pada anak muda tersebut. 

Semoga ini menjadi salah satu langkah kami untuk bisa membantu negeri dan berjaya di tahun 2045. Karena kami yakin dan percaya, sebuah negeri dapat lebih baik ketika kita memulai dengan memperbaiki isi pikiran anak-anak muda. 

Bagi sahabat semua yang ingin berdiskusi tentang Hebat Business Framework, silakan bisa terkoneksi dengan kami di https://www.hebat.org/bio

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Your Growth Buddy

Captain Bryan & Team Hebat

Chat Sekarang
Chat WA Tim Hebat
Hai 👋
ada yang bisa kami bantu?